Qabla Kulli hal, saya ingin mengucapkan selamat kepada bapak menteri pendidikan dasar dan menengah prof. Abdul Mu'ti. Atas kepercayaan yang diberikan oleh bapak presiden Prabowo Subianto, telah mengamanatkan kementerian pendidikan kepada bapak dalam kabinet Merah-Putih.
Tentu pemberian kepercayaan tersebut bukanlah tanpa alasan. Dengan melihat track record yang bapak punyai, di bawah kibaran bendera Perserikatan Muhammadiyah, ormas yang telah diakui memiliki pengalaman yang mumpuni nan membumi dalam mengelola dan mengembangkan pendidikan.
Hal ini berkaca dari sejarah bapak pendiri perserikatan Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan, terutama dalam hal kependidikan, yang tetap dilanjutkan generasi-generasi sesudah beliau hingga hari ini. Ya, la rayba fihi, tidak ada keraguan di dalamnya dan bukan isapan jempol semata.
Bahkan, dalam beberapa periode sebelum bapak (Prof Abdul Mu'ti) menjadi menteri, sejumlah kader Muhammadiyah, telah didapuk menjadi nakhoda di kementerian pendidikan, bahkan menurut opini yang berkembang, kementerian tersebut memang jatah bagi ormas yang lahir sebelum kemerdekaan Indonesia itu.
Pak Menteri yang terhormat.
Saya hanyalah seorang guru biasa di sebuah sekolah negeri yang telah mengabdi sekira 14 tahun. Dibanding dengan bapak menteri yang bergelar profesor, guru besar. Tentu kapasitas bapak sudah tak diragukan lagi. Sehingga dalam tulisan ini, sekiranya bukan untuk mengajari, menggurui, atau apapun makna konotasi yang sering dilekatkan kepadanya. Dan saya mengakui, belum sampai pada titik tersebut.
Seperti sebelumnya, pada saat mas menteri (Nadiem Makarim) ditunjuk menjadi menteri pendidikan, saya pun menuliskan uneg-uneg saya. Apa yang terlintas dalam pandangan serta pikiran saya, ingin saya utarakan kepada pak menteri. Harapan saya lpesan ini bisa dibaca oleh pak menteri.
Pak Menteri yang terhormat.
Ditunjuknya bapak sebagai menteri pendidikan, sungguh suatu hal yang menggembirakan, buat bapak, keluarga dan handai tolan, perserikatan Muhammadiyah, serta seluruh rakyat Indonesia, termasuk saya sendiri.
Sebab menurut saya perwajahan pendidikan Indonesia dalam satu periode pemerintahan ini, dalam mempersiapkan dan mencetak generasi emas yang akan menjadi pemimpin negara di masa yang akan dating, berada di tangan orang yang tepat.
Sebenarnya tugas bapak sebagai orang nomor wahid di kementerian ini, di satu sisi bisa dikatakan ringan, tetapi berat. Ataupun sebaliknya, berat tapi ringan.
Mengapa demikian?
Sebelum bapak ditunjuk menjadi menteri, kementerian ini bernama, kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi. Kiwari, presiden Prabowo, kementerian ini telah dibagi menjadi 3 kementerian. Kementerian pendidikan dasar dan menengah, kementerian kebudayaan, serta kementerian pendidikan tinggi, riset dan teknologi.
Dengan demikian, Pak Prof Mu’ti, hanya perlu memikirkan pendidikan bagian dasar dan menengah. Sedangkan kebudayaan, pendidikan tinggi, riset dan teknologi telah diberikan kepada yang lainnya untuk diurus
Selain untuk membagi jatah koalisi (partai pendukung dan pengusung) tentu melihat dan berkaca pada skala prioritas yang ingin diwujudkan bapak presiden di masa pemerintahannya, wabil khusus dalam bidang pendidikan. Dan bapak dianggap bisa membereskannya.
Meskipun demikian, seabrek pekerjaan rumah sudah menunggu bapak untuk menyelesaikannya, dengan tanpa simsalabim. Pro kontra implementasi kurikulum merdeka (kurikulum nasional), mengembalikan status UN sebagai persyaratan akhir dalam mengakhiri masa sekolah terkhusus pada jenjang SMA, setumpuk beban administrasi yang harus diselesaikan guru selain berkutat dengan tugas utamanya sebagai pendidik. Serta sejumlah keluhan-keluhan lain yang sudah sering bapak dengar, lihat dalam perjalanan bapak sebagai seorang pendidik di sekolah-sekolah Muhammadiyah khususnya.
Secara pribadi saya berharap, dengan kapasitas kelimuan yang bapak punyai dalam dunia pendidikan, bapak tentu sudah meneropong lebih jauh, atau barangkali sudah memiliki formula untuk mengurai benang kusut pendidikan yang sudah dibabarkan di hadapan Presiden saat diwawancarai di Kertanegara sebelum penunjukan secara resmi itu akhirnya lahir.
Selain harus berkutat pada warisan PR dari menteri sebelumnya. Tentu bapak tidak boleh melupakan janji bapak presiden semasa kampanye sebelum terpilih menjadi presiden, periode 2024-2025 yang akan menyasar kementerian pimpinan bapak.
Ya, pemberian makanan gratis (bergizi) untuk anak sekolah, serta penambahan gaji/tambahan penghasilan kepada para guru dengan tanpa memandang status masing-masing guru, baik itu bersertifikat pendidik profesional, ASN (PNS/PPPK) maupun yang masih berstatus honorer. Baik itu di lembaga pendidikan berplat merah ataupun berplat hitam. Janji tim sukses, pak Prabowo waktu itu, sapu rata, tidak memetakan dan membedakannya.
Ya, saya setuju dengan pendapat para pakar yang menyatakan bahwa, tidak mungkin pak Prabowo dan timnya, mengampanyekan hal yang membuai, tanpa sebuah kalkulasi yang matang. Sehingga tidak perlu mencari alasan yg dibuat-buat, seolah-olah janji itu sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan.
Ada 3,39 juta guru (ASN maupun honorer, di sekolah negeri maupun swasta) yang siap menagih janji tersebut. Serta 52 Juta siswa yang tersebar di seluruh penjuru tanah air telah siap diberi suguhan makanan gratis/bergizi.
Tentu, anggaran-anggaran pembiayaan untuk dua hal yang dijanjikan tersebut akan melewati pos kementerian bapak.
Mudah-mudahan, yang mengucur dari atas, tidak mengalami penyusutan harga ataupun barang saat sampai di tempat terakhir yang notabene ujung tombak pendidikan (guru, sekolah atau siswa)
Sudah tidak menjadi rahasia lagi, pemerintah biasanya menerapkan sebuah anekdot dari teori trickle down effect, menetes ke bawah. Artinya, makin ke bawah tetesan akan makin sedikit. Jika ini yang terjadi, alamat tak akan ada yang bisa kami harapkan terhadap janji-janji tersebut.
Untuk mengangkat harkat dan derajat kesejahteraan para pahlawan tanpa tanda jasa serta pemenuhan gizi dari para peserta didik, hanya akan menjadi sederet bahan janji manis di pemilu yang akan datang.
Ahmad Rusaidi. Direktur Program Sindikasi Pena Hijau, mengajar di SMANegeri 9 Takalar.
Dengan pemerintahan baru ini semoga apa yg di janjikan bukan hanya sebatas janji yg bisa menjadi pemanis saat dibutuhkan tpi konsisten dengan apa yg di janjikan, guru tetap di sejahterakan tdk di janji manis.....
BalasHapusSemoga. Aamiiin....
HapusWajib diingatkan
HapusKungai nakke jeka, org berutang biasanya g bayar utangnya krn 2 faktor : 1. Krn tdk diingatkan 2. Krn Pura2 lupa
BalasHapusSemoga ini bagian dari mengingatkannya.
Hapus