[Tulisan ini merupakan ulasan atas cerpen berjudul Pahlawan Di Hatiku, karya Nur Fadia Khairunnisa yang tayang di portal Sindikasi Pena Hijau. Cerpen bisa dibaca di sini]
Hai, aku Inna. Disini aku akan menuangkan kekagumanku terhadap salah satu karya yaitu cerpen yang berjudul “Pahlawan di Hatiku” buatan Nur Fadia Khairunnisa yang patut diapresiasi dengan baik.
Kisah yang dihadirkan merupakan pesan sederhana yang sangat berarti, yaitu kesungguhan, pengorbanan, dan cinta seorang ibu serta ayah yaitu figur Tetta bagi Daeng Gaga, sehingga bisa meraih mimpinya dan mendapatkan apa yang harus ia ketahui dan ketahuinya.
Maka, pesan yang disampaikan dalam cerpen ini tentunya akan memberikan pelajaran hidup yang berharga dan emosional kepada pembaca khususnya orang-orang yang dekat dengan orangtua dan keluarga.
Dalam cerpen ini, pembaca diperkenalkan kepada kehidupan sehari-hari Daeng Gaga, seorang siswa SMA yang tengah mempersiapkan ujian akhir. Fokusnya seharusnya adalah pada pelajaran, tetapi ia merasa terbebani oleh rasa cemas terhadap Tetta dan ibu yang setiap hari bekerja keras.
Pada pagi hari ketika akan berangkat ke sekolah, ia memperhatikan tangan ibu yang mulai keriput saat memasak sarapan, dan Tetta yang tampak kelelahan sebelum mengantarkannya ke sekolah. Walau ibu dan Tetta tak pernah mengeluh, Daeng Gaga bisa melihat betapa besar pengorbanan mereka.
Cerpen ini membawa kita pada perenungan nyata tentang ketulusan orang tua. Setiap langkah yang dibuat Daeng Gaga berujar bahwa Ibu dan Tetta melakukan sesuatu bukan karena kewajibannya, tetapi mereka melakukannya sebagai pengorbanan.
Pengorbanan yang dilakukan dua orang tua itu lahir dari rasa sayang dan cita-cita besar atas masa depan, yang kemudian membutuhkan banyak tenaga dan waktu tanpa keluh itu demikianlah mereka mengerjakannya supaya hidup anaknya kelak lebih baik.
Perasaan yang dimiliki Daeng Gaga yang ingin membantu meringankan beban orang tuanya, juga dapat menggambarkan seberapa besar cinta dan empatinya. Meskipun, dia tahu orang tuanya tidak akan memintanya untuk memberi bantuan secara langsung, tetap saja dia ingin memberikan suatu hal sebagai tanda bakti dan semacam rasa syukur yang ia miliki.
Cerpen ini memiliki makna yang dalam karena dapat menggambarkan sisi emosional saat berhubungan dengan keluarga. Bagian konflik yang dirasakan oleh Daeng Gaga terasa sangat realistis dan dekat dengan kehidupan sehari-hari banyak orang.
Bagian rasa bersalah yang ia rasakan karena ia tidak bisa melakukan banyak untuk orang tuanya adalah bagian yang sangat pas. Dia hanyalah siswa sekolah menengah biasa, tetapi ia benar-benar merasa seperti harus bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan orang tuanya.
Penulis juga menyisipkan pesan Husna, sahabat Daeng Gaga, yang juga memiliki arti sangat penting tentang dukungan dan persahabatan. Melalui karakter Husna, sahabat Daeng Gaga, penulis menyampaikan pesan seputar dukungan dan persahabatan.
Husna mendorong bahwa jumlah sahabat sejati adalah hal yang langka, sahabat sejati bersedia berada di samping ketika pada masa terburuk, memberikan inspirasi dan membangkitkan semangat. Dukungan yang diberikan Husna kepada Daeng Gaga menjadi motivasi ekstra bagi Daeng Gaga untuk melalui masa sulit dan fokus dengan pendidikannya.
Cerita pendek ini memberikan perspektif yang menarik bahwa semua orangtua memiliki caranya sendiri untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.Ketika Daeng Gaga memberanikan diri menawarkan bantuan kepada Tetta, Tetta dengan lembut menolak dan mengingatkannya bahwa tugasnya adalah belajar.
Percakapan ini sangat menyentuh, karena membuktikan bahwa orang tua menghadapi kesulitan untuk memastikan bahwa anak-anak mereka tidak keberatan, dan orang tua selalu berharap bahwa anak-anak mereka akan memiliki masa muda yang baik untuk dikenang selama berabad-abad.
Tetapi pesannya ditujukan dengan jelas –meskipun mereka membuat itu terlihat mudah, orang tua merasa bangga melihat bahwa anak mereka juga ingin ikut membantu meringankan beban mereka.
Sebagai pembaca, kita merasakan intensitas emosi setelah Daeng Gaga memperoleh hasil yang memuaskan. Momen ini adalah bagian terbesar dari semua penderitaan dan kerja keras yang telah diberikannya selama ini. Ini juga merupakan bukti bahwa pengorbanan ibu dan Tetta tidak sepenuhnya sia-sia.
Menyebarkan kabar ini kepada ibu dan Tetta, kita merasakan kebahagiaan yang sungguh-sungguh. Air mata ibu yang jatuh dan senyum bangga dari Tetta memperlihatkan kepada kuta para pembaca bahwa keberhasilan anak mereka adalah kunci terbesar untuk kebahagiaan mereka.
Momen ini menunjukkan bahwa tujuan akhir orang tua hanya ingin melihat anak mereka berhasil dan bahagia. Dalam penerimaan menghormati pengorbanan mereka, anak yang sukses adalah bentuk penghargaan tertinggi.
Cerpen ini pantas diapresiasi, karena dapat menyampaikan pesan moral yang kuat serta relatable bagi semua orang. Melalui bahasa yang sederhana dan mendekati, Nur Fadia Khairunnisa dapat membuat hati para pembaca adem dan terbuka pikiran untuk kembali memperhitungkan jasa ayah bunda mereka.
Melalui karakter Daeng Gaga, kita diingatkan bahwa kita harus bersyukur serta menghargai segala moment yang kecil bersama keluarga, yang sering kali tidak dipedulikan di rentetan kegiatan sehari-hari kita.
Namun, cerita ini juga ingin mengingatkan bahwa setiap anak memiliki tanda khususnya untuk berterima kasih pada orang tuanya. Tiap pengorbanan yang terkandung dalam setiap tindakan sehari hari, baik itu membuat sarapan atau bekerja siang malam untuk membuat jalan keluar bagi keluarga, hanyalah salah satu bentuk cinta, yang diperlukan tanpa kata-kata.
Melalui cerpen ini, kita harus terus mengingat bahwa orang tua adalah pahlawan nyata dalam kehidupan, bahkan tanpa jubah yang berkilau dan medali.
Secara keseluruhan, “Pahlawan di Hatiku” adalah cerpen yang begitu inspiratif dan mendidik. Cerpen ini patut untuk diingat karena pesan moral yang kuat tentang pengorbanan, kasih sayang, dan rasa syukur kepada orang tua dan pengorbanan mereka karena semuanya untuk kita.
Alur cerpen yang mengalir emosional dan karakter yang dirasakan dekat oleh pembaca, mengajarkan bahwa apresiasi terbaik kepada orang tua adalah pada saat kita memperlakukan mereka untuk segala sesuatu yang telah mereka korbankan untuk kita.
Seperti Daeng Gaga, kita diminta untuk berupaya semaksimal mungkin karena keberhasilan kita adalah bagaimana cara kita membuat orang tua kita bangga.
Mutmainnah, karib disapa Inna. Nama yang sederhana seperti kepribadiannya yang bersahaja. Siswa aktif SMAN 1 Takalar kelahiran 27 November 2007 ini lebih memilih tinggal di rumah sambil membaca novel apabila waktu pulang sekolah tiba. Baginya, Cilallang Takalar Lama bukan hanya sekedar kampung halaman. Ia menghayati tanah kelahirannya sebagai petak-petak surga nan bahagia.
Tidak ada komentar: