sumber: buka lapak |
Dala pertemuan ini, Isbah dipercayakan sebagai salah satu dari anggota komunitas yang membagi novel yang telah dibacanya.
Pertemuan ini dihadiri oleh 6 orang anggota komunitas. berikut uraian Isbawahyudin:
Mendaras KARRUQ RIBANTILANG pinisi, PUITIS CENDERUNG MAGIS BERAKHIR TRAGIS
Karruq Ri Bantilang Pinisi merupakan novel Buah Tangan Putra Sulawesi Selatan Bapak Muhannis yang terdiri dari 421 halaman dan 10 Bab semuanya menggunakan bahasa Makassar dialek Konjo. Diterbitkan Oleh Penerbit Ombak Jogjakarta tahun 2011.
Mengisahkan Sudut Pandang lain tentang Bantilang Pinisi yang Biasanya merupakan tempat berkeringat, bekerja keras, mengeraskan otot bagi Sawi dan tempat mencairkan isi otak bagi Punggawa. Bapak Muhannis Meramunya Menjadi sebuah Lanscape sekaligus Saksi bagi Seorang Sawi Pembuat Pinisi Di Ara Bernama Samparaja Daeng Puga Yang menaruh Hati ke I Cambolong Daeng Matarring Putri Punggawanya. Kisah mereka harus bergelut dengan Adat dan tradisi, serta Munculnya Orang ketiga I Ganjeng Daeng Rate yang berakhir antiklimaks.
Kekuatan Novel ini adalah penggunaan bahasa yang seluruhnya berbahasa Makassar Dialek Konjo, Puitis menebar Magis. Pelataran dan Toko-penokohan tidak main-main. Mulai Dari Nama Tokoh-tokohnya yang menunjukkan identitas kedaerahan Sampai katering Konflik mengedepankan unsur-unsur Endemik di Ara. Pada Bab-bab Tertentu Bahkan di sajikan secara Vullguard mantra-mantra yang sebenarnya tabu Sekaligus Sakral.
Membaca Novel ini juga mengingatkan kita tentang perbedaan cara pemaknaan pada hal-hal tertentu antara sekarang dan Dahulu, Bagaimana Proses satu Hal yang Dahulunya Tabu Justru Sekarang Menjadi Hal Lumrah, Tentang Abbayuang Misalnya. Abbayuang Merupakan sebuah Tahapan sebelum pernikahan Dimana Lamaran dari Pihak Laki-Laki telah diterima Oleh pihak Perempuan dengan Syarat dan ketentuan yang ketat Bahwa laki-laki dan perempuan yang telah Abbayuang tidak dapat saling bertemu bahkan saling bertatapanpun adalah Seri 'Pernikahan Bisa Saja Batal Karena Hal ini .
Disamping Hal diatas, beberapa catatan sebagai pembaca terkait Novel berbahasa Makassar ini, Antara Lain. Dalam Novel ini Terlalu Banyak Dialog yang mengambil Ruang, dalam satu Bab yang menceritakan sebuah peristiwa bisa berhalaman-halaman habis hanya dengan dialog yang sebenarnya akan lebih menarik apabila peristiwa tersebut lebih banyak dieksplorasi. karakter Tokoh yang semuanya Hampir Mirip, Jika tidak menyebut Nama Atau Identitas lain pembaca akan sulit membedakan mana karakter Samparaja Daeng Puga yang Mana I ganjeng Daeng Rate bahkan pada Bab-bab Terakhir kedua Tokoh ini tertukar.
Pembedah - Isbawahyudin
Tidak ada komentar: