Saatnya Menularkan Semangat Belajar


[
Tulisan ini merupakan ulasan atas cerpen Kisah Perjuangan Mewujudkan Impian, karya Muhammad Irsalul I'timad yang tayang di portal Sindikasi Pena Hijau. Cerpen bisa dibaca di sini]

Membaca sebuah cerpen yang menarik, tentu saja selalu memberikan kesan yang mendalam buat pembacanya. Aku pun mengalami perasaan yang sama ketika membaca sebuah cerpen yang berjudul "Kisah Perjuangan Mewujudkan Mimpi" yang ditulis oleh Muhammad Irsalul I’timad.

Aku mulai menjelajahi cerpen itu dengan hati yang tersentuh. Cerpen ini sangat menarik karena menceritakan seorang anak yang memiliki semangat menggebu untuk meraih mimpi-mimpinya. Meskipun anak tersebut tidak memiliki nama yang jelas di dalam cerpen, namun sebagai tokoh utama, ia menunjukan contoh-contoh keteladanan. 

Ia tak takut mengekspresikan apapun yang ada di dalam pikirannya. Apa saja yang menjadi perangai anak itu, akan secara spontan ditampilkannya. Seorang anak yang memiliki sifat iri terhadap teman–temannya. Tetapi dibalik itu semua, ia memiliki alasan tersendiri. 

'Jangan menilai buku dari sampulnya' maksud dari kata tersebut adalah jangan menilai seseorang hanya dari sisi yang nampaknya saja. Apa yang terlihat di luar cerita, nyatanya tak sama dengan apa yang sebenarnya terjadi di dalam. Sungguh kata–kata yang begitu indah. 

Dalam cerpen tersebut, Irsal menjelaskan dengan baik sosok seorang anak yang memiliki rasa iri yang begitu besar. Uniknya, tokoh anak tersebut, bukan iri tentang pertemanan, percintaan, keluarga, maupun ekonomi. Tetapi ia iri dengan ilmu yang dimiliki oleh seseorang. 

Anak itu memiliki impian yang begitu besar, ia ingin seperti teman-temannya yang bisa berkeliling dunia dengan menggunakan ilmu matematika yang dimiliki oleh temannya.

Dengan berbekal rasa iri pada ilmu yang telah diresapi oleh temannya di lembaga bimbingan belajar matematika ternama itu, tokoh anak dalam cerpen Irsal memberanikan diri untuk bertanya kepada ibunya tentang bimbingan tersebut. 

Selain ingin bimbingan belajar matematika, anak itu juga ingin bimbingan belajar berbahasa Inggris setelah melihat temannya lagi. Untuk kali ini ia tidak meniru temannya, tetapi ia benar-benar penasaran dan membuatnya berani meminta.

Uniknya, walaupun anak itu masih duduk di bangku sekolah dasar, ia mengikuti lembaga kursus dengan penuh semangat. Anak itu memulai bimbingannya di saat pulang sekolah. 

Hari-harinya dipenuhi aktivitas bimbingan belajar dan kursus sepulang sekolah. Orang tuanya sedikit khawatir dengan jadwal anaknya yang begitu padat.

Sebagai pembaca cerpen, aku ikut berbangga terhadap tokoh sentral cerpen tersebut : seorang anak. Ia dengan penuh semangat dan tidak pernah berkata letih ataupun bosan ketika mengikuti bimbingan. Ia tidak pernah sekalipun dengan sengaja tidak hadir untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajarnya. Bahkan hingga ia menanjak dewasa, menjadi siswa kelas 12, bangku kelas terakhir yang didudukinya pada jenjang pendidikan menengah, ia tetap semangat belajar di kegiatan bimbingan. 

Dalam cerpen. anak itu disebutkan sempat berhenti kursus selama setahun, entah di umur berapa. Ia berhenti dikarenakan kondisi orang tuanya yang sedang mengalami cobaan. 

Semestinya, Irsal bisa membuat kisah konflik pada momentum ini menjadi lebih dramatis. Sayangnya, Irsal melewatkan kesempatan dramatiasi kisah dengan baik. 

Secara keseluruhan, cerpen Irslan juga tidak membahasa sama sekali peran seorang ayah. Sehingga cerpen ini terkesan mengabaikan peran seorang ayah dalam pengasukan seorang anak. 

Adapun pesan penting dalam cerpen ini yaitu pentingnya memiliki rasa syukur menjadi seorang anak yang beruntung, lahir dari keluarga yang sangat pengertian, penuh kasih sayang, dan tak banyak menuntut ini dan itu. 

Ini juga bukan kisah tentang seorang anak yang dengan mudahnya mendapatkan apa yang ia inginkan dengan uang orang tuanya. Tetapi kisah ini merupakan cerita tentang seorang anak yang memiliki semangat untuk meraih apa yang diinginkannya. 

Ketika kita sudah memiliki tekad dan semangat yang begitu besar, cita-cita kita pun akan mudah untuk digapai.

Lantas, siapa yang tidak berbangga terhadap seorang anak yang memiliki semangat yang begitu besar mengikuti kursus dan bimbingan belajar, dari kelas tiga SD hingga kelas dua belas SMA? Aku saja, belum tentu bisa seperti anak itu. 

Di setiap harinya anak itu memiliki semangat yang terus menyala dan berkobar. Semangat untuk mencari ilmu, semangat untuk membahagiakan orang tuanya, semangat untuk mencetak senyuman di wajah kedua orang tua yang selalu mendukungnya dan selalu memenuhi apapun keinginan anaknya.

Anak itu berharap dengan kegigihan dan usahanya, tak akan menghianati hasilnya. Ia tetap berharap dapat diterima di kampus dan jurusan yang diinginkannya, dengan begita ia dapat mengukir senyuman di bibir orang tuanya.

Cerpen ini benar-benar menarik perhatianku, anak itu memanglah anak yang berbakti, saya berharap cerpen ini dapat dijadikan contoh oleh seluruh pembaca.  

Iri lah kepada orang lain yang mampu membangun masa depan. Iri lah kepada orang yang bisa menimba ilmu sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Irilah kepada mereka yang bisa menjelajahi dunia dengan berbekal ilmu pengetahuannya. 


Muhammad Arham. Ia merupakan Siswa SMAN 1 Takalar. Dalam keseharian di lingkungan sekolah, Arham merupkan sosok siswa yang akrab dan mudah bergaul dengan siapa saja. Bila di dunia futsal, ia dikenal sebagai mesin gol andalan, maka di dunia organisasi kesiswaan, ia adalah Ketua OSIS paling murah senyum.

Saatnya Menularkan Semangat Belajar Saatnya Menularkan Semangat Belajar Reviewed by adminisme on 11/10/2024 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.